Dampak Bullying Terhadap Kesehatan Mental Anak
Kebanyakan tindakan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah dan rumah melibatkan pelaku serta korban di bawah umur. Menurut hasil kajian Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter tahun 2014, tindakan perundungan terjadi hampir di setiap sekolah di Indonesia.
Tetapi, hanya 87 kasus bullying yang dilaporkan ke sektor pendidikan. Tentu saja hal ini meresahkan orang tua, para guru dan staf pengajar. Bullying adalah tindakan yang merugikan. Baik korban maupun pelaku perundungan sama-sama berisiko merasakan efek negatif bullying.
Memang, apa saja dampaknya?
Bully adalah segala perilaku kekerasan fisik ataupun mental yang dilakukan satu orang atau lebih dengan cara melakukan penyerangan atau mengintimidasi orang lain.
Perilaku kekerasan ini biasanya menimpa anak-anak dan remaja yang secara fisik lebih lemah dari teman-teman sebayanya.
Perundungan sendiri dapat dikelompokkan ke dalam 6 kategori, yaitu:
Kontak fisik langsung
Contohnya ialah memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, menampar, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, memeras dan merusak barang yang dimiliki orang lain.
Kontak verbal langsung.
Misalnya mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-downs), mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip.
Perilaku nonverbal langsung.
Termasuk melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam. Umumnya, jenis bullying ini disertai oleh kontak fisik atau verbal.
Perilaku nonverbal tidak langsung.
Tindakan mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, serta mengirimkan surat kaleng.
Cyber bullying.
Kemajuan teknologi ternyata memiliki sisi negatifnya. Menyakiti orang lain dengan media elektronik seperti mengirim rekaman video intimidasi dan menuliskan komentar jahat di media sosial tergolong ke dalam perundungan di dunia maya.
Pelecehan seksual.
Terkadang, tindakan pelecehan dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik atau verbal.
Dampak kasus bullying bagi korbannya Perilaku bully di atas bisa menimbulkan berbagai efek negatif bagi korban, antara lain:
Gangguan mental, mulai dari sensitif, rasa marah yang meluap-luap, depresi, rendah diri, cemas, kualitas tidur menurun, keinginan menyakiti diri sendiri, hingga bunuh diri. Menggunakan obat-obatan terlarang.Tidak semangat berangkat ke sekolah.Prestasi belajar menurun.
Menarik diri dari lingkungan sosial sehingga tidak bisa berinteraksi dengan orang lain.Menjadi perundung juga (bully-victim) atau melakukan balas dendam.
Korban bullying pun kerap merasa tidak aman, terutama saat berada di lingkungan yang memungkinkan terjadinya perundungan.
Dampak di atas kemungkinan besar akan terbawa hingga mereka dewasa.
“Bullying yang berulang dapat menyebabkan menurunnya rasa percaya diri dan depresi, hingga risiko bunuh diri pada anak-anak. Masalah lain seperti gangguan kesehatan mental atau penyalahgunaan zat terlarang, dampaknya bahkan dapat berlangsung hingga dewasa,” kata dr. Irma Lidia, tim dokter Jovee.
Bukan cuma kesehatan psikologis, efek negatif bullying juga dapat terlihat dari keluhan fisik, contohnya sakit kepala, sakit perut, otot jadi tegang, palpitasi atau jantung berdetak kencang, nyeri kronis.
Perubahan perilaku sebagai tanda-tanda anak di-bully
Anak-anak yang di-bully umumnya akan berbohong dan menyembunyikan faktanya. Oleh karena itu, sebagai orang tua, Anda harus jeli mengamati perubahan tingkah laku anak, seperti:
Nafsu makan berkurangTiba-tiba tidak punya teman atau menghindari interaksi sosialBarang-barang miliknya sering hilang atau hancurSusah tidur. Kabur dari rumah. Terlihat stres saat pulang sekolah.
Jika anak Anda menunjukkan ciri-ciri tersebut, cobalah ajak dia bicara empat mata, Mulailah obrolan dengan cara yang halus agar mereka mau mengutarakan isi hatinya. Tekankan bahwa mereka tidak pantas diperlakukan seperti itu. Jelaskan juga bahwa Anda akan selalu ada untuk mereka.
Beri tahu anak bagaimana cara menyikapi perundung tersebut, misalnya menghindar ketika bertemu.
Dampak kasus bullying bagi pelaku Ternyata tidak hanya korban, tindakan ini juga berdampak buruk terhadap si perundung. Pelaku bully di usia remaja berisiko mengalami masalah psikologis jangka panjang. Gangguan tersebut bisa terbawa hingga dewasa jika tidak ditangani dengan tepat.
Perundung dapat tumbuh menjadi pribadi yang tidak bahagia. Mereka pun cenderung tidak bisa mengendalikan emosinya, sehingga ia akan kesulitan membangun hubungan sosial maupun romantis.
Secara umum, pelaku bully dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pure bully dan bully-victim. Pure bully merupakan perundung yang tidak mempunyai pengalaman di-bully. Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula.
Pure bully cenderung bersifat agresif, berwatak keras, impulsif, tidak punya empati, toleransi terhadap frustasi yang rendah, memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain.
Dengan merundung, pelaku pure bully akan beranggapan bahwa mereka berkuasa. Jika dibiarkan dan tidak ditangani, tindakan bullying ini dapat berubah menjadi kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal.
Sementara bully-victim ialah perundung yang dulunya di-bully. Kemungkinan mereka akan merasa tertekan, cemas, gelisah, kesepian, dan impulsif sampai usia dewasa. Mereka juga diketahui lebih sering merundung daripada pure bully.
Sama seperti korban kasus bullying, pelaku bully-victim juga berisiko memiliki pemikiran menyakiti diri sendiri, bunuh diri, depresi, kecemasan dan gangguan kepribadian antisosial. Bullying adalah tindakan yang sangat merugikan. Bukan cuma bagi korbannya, melainkan juga pelakunya.
Kalau korban lebih banyak mengalami efeknya terhadap kesehatan psikologis, dampak bullying bagi perundung tergolong ke dalam perilaku kriminal. Selain itu, pelaku pun bisa tumbuh menjadi pribadi yang agresif, temperamen, dan bersikap kasar terhadap orang lain.
Comments