Ternyata Seorang Pendeta Yang Menemukan Pertama Oksigen
Oksigen adalah unsur kimia berlambang O, yang ditemukan pertama oleh seorang tokoh dunia pria kelahiran Inggris, 13 Maret 1733.
Ia berasal dari keluarga pembuat kain wol yang cukup sukses di kubu Calvinis di West Riding, Yorkshire, Inggris. Saat itu abad ke-18, pria Inggris berusia 41 tahun bernama Joseph Priestley , sedang asyik menyelidiki sifat-sifat beragam gas yang ada di udara ini. Menurut catatan sejarah , Priestley mengisolasi dan mengkarakterisasi 10 gas, termasuk oksigen.
Sedangkan, yang lainnya adalah nitrit oksida, nitrogen dioksida, nitrous oxide, hidrogen klorida, amonia, sulfur dioksida, silikon tetrafluorida, nitrogen, serta karbon monoksida.
Ketika banyak orang mengikuti ajaran Aristoteles, yang percaya bahwa hanya ada satu "udara", Priestley memeriksa semua "udara" yang mungkin dilepaskan dari zat yang berbeda.
Pada 1 Agustus 1774, ia memperoleh gas tak berwarna dengan memanaskan oksida merkuri merah, seperti yang dilansir dari Britannica. Ia menemukan bahwa lilin akan menyala dan seekor tikus dapat hidup dalam gas itu. Saat itu, ia belum menyadari adanya oksigen.
Ia masih meyakini udara itu akan jenuh dengan flongiston, setelah tidak dapat lagi mendukung pembakaran dan kehidupan. Priestley belum yakin tentang penemuannya dan pada Oktober berikutnya, ia bertemu dengan ahli kimia Prancis, Antoine Lavoisier.
Pertemuan antara kedua ilmuwan ini sangat penting untuk masa depan kimia. Lavoisier segera mengulangi eksperimen Priestley, dan antara 1775 dan 1780, ia melakukan penyelidikan intensif dari mana ia memperoleh sifat dasar oksigen. Ia mengenalinya sebagai prinsip "aktif" di atmosfer, menafsirkan perannya dalam pembakaran dan respirasi, serta menamakannya. Pernyataan Lavoisier tentang aktivitas oksigen menjadi revolusi kimia.
Namun, Priestley tidak menerima semua kesimpulan Lavoisier dan terus meluruskan teori flogiston. Teori flogiston digantikan oleh teori oksidasi dari pembakaran dan respirasi Lavoisier.
Menurut pendeta Inggris ini, kimia dapat mendukung kesalehan dan kebebasan, hanya jika ia menghindari teori spekulatif dan mendorong pengamatan atas ciptaan Tuhan yang murah hati, seperti yang dilansir dari Britannica.
Priestley, yang menemukan gas yang kemudian diberi nama "oksigen" oleh Antoine-Laurent Lavoisier, secara seremonial disambut di Amerika Serikat pada 1794 sebagai pemikir kontemporer terkemuka.
Priestley sebenarnya dididik untuk menjadi pendeta, dan dia menghabiskan sebagian besar hidupnya bekerja sebagai pengkhotbah atau guru.
Dia secara bertahap mulai mempertanyakan keilahian Yesus, dalam prosesnya menjadi seorang Unitarian rasional awal. Ia menolak Tritunggal dan menegaskan kesempurnaan manusia. Dia kemudian semakin menonjol dalam politik revolusioner pada zamannya, di mana ia adalah pendukung Revolusi Amerika dan Perancis, seperti yang dilansir dari Science History.
Priestley menerima pendidikan yang sangat baik dalam bidang filsafat, sains, bahasa, dan sastra di Dissenting Academy, Northamptonshire, Daventry, pada 1752. Semakain dewasa ia tumbuh sebagai pemikir bebas.
Pandangan yang diungkapkan secara bebas itu dianggap menghasut oleh otoritas Inggris dan banyak warga negara. Pada 1791, massa menghancurkan rumah dan laboratoriumnya di Birmingham, sehingga ia memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat.
Menurut biografi tokoh dunia yang ada, ketertarikan Priestley pada sains meningkat pada 1765, ketika dia bertemu dengan ilmuwan dan negarawan Amerika, Benjamin Franklin.
Karya ilmiah pertama Priestley adalah The History of Electricity (1767), yang didorong oleh temannya, Franklin, yang ia temui di London. Mulanya, eksperimen ilmiah yang ia lakukan hanya mereproduksi yang dilaporkan dalam literatur, tetapi kemudian untuk menjawab pertanyaannya sendiri.
Comments